Jumat, 04 Mei 2012

Mudahnya Mendidik Anak Remaja

Dulu, waktu anak  saya masih balita, saya merasa repot sekali karena harus mengurusinya siang dan malam. Memandikan pagi dan sore, menyuapinya, menungguinya fulltime. Hanya ketika dia tertidur, barulah saya dapat beristirahat. Itupun jika pekerjaan rumah sudah selesai (saya tipikal orang yang tidak suka pembantu :)).
Dalam hati saya sering bergumam, nak, cepatlah besar agar aku tak repot lagi...

Waktu terus berlalu, tidak terasa usia anak saya sudah beranjak remaja. Tak pernah lagi saya memandikan dia, tak pernah juga saya menyuapi dia, atau harus menungguinya bermain karena khawatir terjatuh. Wah, enak ya...sudah tidak repot lagi....:)

Namun, masalah ternyata tidak selesai... muncul lagi masalah baru...yang sungguh baru saya sadari ternyata jauh sulit dibandingkan mengurus balita. Ada beberapa hal yang ingin saya bagi kepada anda tentang karakter remaja dan bagaimana menghadapinya.
  1. Rasa ingin tahu yang besar. Perasaan keinginan untuk mengetahui berbagai hal sangat baik bagi anak agar menjadi motivasi belajar.Namun, kerap saya jumpai, keingintahuan ini justru terhadap hal-hal yang negatif. Terutama pada masalah yang berkaitan dengan ketertarikan terhadap lawan jenis, narkoba dan lain-lain. Untuk menghindari kecenderungan tadi, maka kita harus memberikan stimulasi keingintahuan mereka terhadaphal-hal yang positif. Kemudian hal-hal negatif yang ingin mereka ketahui,kita gambarkan langsung disertai dengan dampak-dampak negatifnya. Untuk anda yang muslim, pendekatan aqidah islam dan upaya untuk mengikat mereka dengan aturan islammenjadi hal yang sangat penting. Bahkan wajib.
  2. Ingin mencoba setelah mengetahui sesuatu. Ini juga menjadi hal yang harus kita perhatikan.karena terjadinya freesex, kecanduan narkoba, dan prilaku yang lainnya mereka lakukan setelah memperoleh informasi tentang hal tersebut. Jika informasi3yang mereka dapatkan keliru, maka prilaku mereka akan keliru. Contoh,sebagian masyarakat memandang bahwa pacaran menjadi suatu langkah yang harus dilakukan sebagai upaya penjajagan apakah akan cocok untuk berumah tangga atau tidak.  Pandangan ini keliru, karena fakta membuktikan bahwa aktivitas pacaran telah menyeret mereka kepada freesex, hamil diluar nikah, aborsi, dan kematian. Nah, untuk itulah, kita tetap senantiasa memiliki kewajiban untuk membimbing mereka tentang prilaku apa saja yang aman bagi dia dan prilaku apa saja yang berbahaya bagi dia.
  3. Egois, Labil. Wahhh...kata-kata itumembuat dada saya sesak. Pun tentu anda para orang tua. Point satu dan dua memang sulit dilakukan. Namun, akan lebih sulit ketika kita memberikan bimbingan kepada anak yang egois dan labil. Sulit bukan berarti tidak bisa..:)...  Cara kita menghadapinya tentu dengan sudut pandang dia. Mengapa begitu? karena....
  4. Ingin diakui. Yups.... itulah karakter yang sedikitnya akan memberikan peluang bagi kita untuk masuk ke dalam hatinya. Melihat apapun dari sudut pandangnya, lalu kita giring pelan-pelan dan hati-hati, menuntunnya untuk menjadikan Islam sebagi sudut pandang dia dalam menghadapi setiap persoalan.
Mudah-mudahan tulisan diatas dapat sedikitnya membantu anda para orangtua (termasuk saya) yang dipusingkan dengan perulaku anak remajanya. Jangan lupa untuk senantiasa mendoakan dia agar menjadi anak yang soleh dan solehah. Aamiin.